MASJID RAYA BAITURRAHMAN ACEH
Dibangun
oleh Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17, keanggunannya tak kalah dengan Taj
Mahal di India. Konon, 5 kubahnya memang mengadopsi gaya bangunan islam yang
pernah jaya di tempat tersebut. Masuk lebih dalam, nampak jelas bahwa ukiran
sulur dan ornamen masjid tidak berasal dari inspirasi lokal. Relung-relungnya
lebih dekat dengan gaya Turki atau Persia, sementara jendela-jendela besarnya
terlihat menyerupai bangunan Indisch peninggalan Belanda. Siapapun pasti setuju
bahwa masjid ini megah tidak hanya dilihat dari segi arsitekturalnya. Akhir
2004, ketika tsunami menerjang Aceh, bangunan masjid ini melindungi banyak
jiwa. Masjid ini juga saksi bisu atas Perang Aceh yang menewaskan Mayor jendral
J.H.R Kohler pada tahun 1873. Monumennya dapat dilihat di bagian timur laut
halaman masjid saat ini.
MASJID RAYA AL-MASHUN MEDAN
Dinding
masjid yang berwarna putih dengan ornamen hijau kebiruan ini terlihat sejuk
diantara padatnya lalu lintas Simpang Raya, Medan. Dari depan nampak jelas
bahwa kubahnya tidak berbentuk bulat menyerupai bawang. Adalah segi delapan
sama seperti sisi-sisi luar dinding masjid. Segi-segi tersebut diperkuat
dengan koridor-koridor yang memisahkan dengan ruang utama yang digunakan untuk
sholat. Hiasan dinding koridor maupun ornamen plafon dan bangunan utama sarat
warna merah bata bergaya Mughol-India. Dibangun atas prakarsa Sultan Deli
pada awal abad ke-20, arsitek dari Masjid ini adalah seorang Belanda, dengan
penyandang dana utama pengusaha keturunan China.
MASJID
AN-NUR PEKANBARU
Kubah-kubah
berbentuk bawang lebih sering muncul pada bangunan masjid di kawasan Sumatera
bagian utara. Di Pekan baru, selain berbentuk bulat bawang, bentuk kubah
terlihat mewah dengan detil ornamen hijau, biru dan kuning di permukaannya.
Gaya mewarnai kubah mirip Istana Kremlin di Rusia ini justru sering dijumpai
pada masjid-masjid modern di tanah melayu. Di sisi lain, dinding masjid yang
berbentuk kubistik dengan celah-celah kecil dipermukaannya mengadirkan nuansa
Timur Tengah yang sangat kental. Sebagai bangunan masjid modern yang dilengkapi
dengan eskalator menuju lantai atas bangunan, kompleks masjid ini terintegrasi
dengan sekolah-sekolah serta kampus yang berada di sekitarnya.
MASJID
AGUNG AT-TAQWA BENGKULU
Luas,
kokoh, dan sederhana! Demikian kesan yang ditangkap pada saat memasuki halaman
masjid terbesar di Provinsi Bengkulu ini. Tiang dan jendela yang besar-besar,
langit-langit yang tinggi dengan sentuhan cat serba putih memberikan kesan kuat
pada masjid ini. Ornamen interiornya tidak detil, justru nampak besar-besar.
Bayang-bayang dari jendela-jendela besar tersebut memantul pada lantai masjid
yang terbuat dari marmer. Memberi kesan luas namun terasa sejuk. Kubah
utama berbentuk bulat, menumpang di atas atap bersusun tiga yang merupakan
inspirasi bangunan lokal. Meskipun berdiri pada tahun 1988, awal mula bangunan
ini berdiri sejak jaman Kompeni Belanda.
Sekilas
bangunan ini merupakan salah satu masjid tanpa kubah yang terdapat di Sumatera.
Atapnya bergaya limasan bersusun tiga, menyerupai bangunan masjid yang ada di
Jawa. Akan tetapi, hiasan atap yang berwarna merah dan emas serta ukiran-ukiran
ornamennya menghadirkan kesan arsitektural China. Tidak berhenti di situ,
menara masjid juga terlihat sangat mirip dengan bangunan pagoda. Lain di luar
lain di dalam. Hiasan interior masjid dipenuhi kaligrafi berwarna hijau serta
warna-warna semarak lainnya yang sering dijumpai dalam kerajinan lacquer
khas Palembang. Walaupun telah mengalami pemugaran berkali-kali, unsur
arsitektur China konon sudah ada sejak pertama kali bangunan masjid ini
didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin di abad ke-18.
MASJID
AGUNG AL FALAH “1000 TIANG” JAMBI
Masjid
ini bisa dibilang tak berdinding! Satu-satunya sekat adalah sisi barat bagian
mihrab atau tempat imam sholat yang terbuat dari gebyog – kayu berukir. Itupun
tidak sepenuhnya menjangkau puncak pilar. Artinya hanya tiga perempat dinding
yang tertutup sekat. Kemudian 3 sisi lainnya dipenuhi oleh tiang dengan
berbagai bentuk. Tidak hanya satu deretan tiang. Komposisi tiangnya
berlapis-lapis dengan beraneka bentuk dan bahan. Tidak berlebihan apabila warga
menyebut bangunan tersebut sebagai “Masjid 1000 Tiang”, mengalahkan popularitas
nama aslinya: Masjid Al Falah. Pada awalnya, tanah tempat berdirinya masjid
tersebut merupakan lokasi istana Sultan Thaha Syaifuddin. Pada awal abad ke-20
Belanda membumi hanguskan istana tersebut dan menjadikan tanah di atasnya
sebagai kamp militer. Bertahan hingga tahun 1970-an, bekas asrama tentara
tersebut dijadikan masjid yang berdiri megah hingga saat ini.
MASJID
AGUNG PONDOK TINGGI SUNGAI PENUH
Meskipun tidak terletak
di Ibu Kota Provinsi seperti 6 masjid sebelumnya, masjid agung di Kota Kerinci
ini memiliki keunikan tiada tara. Seluruh bangunannya dipercaya tidak
dihubungkan satu pun dengan pasak. Wajar, apabila dilihat dari sudut tertentu
bentuknya tidak begitu simetris. Dinding hingga atap masjid terbuat dari kayu.
Hiasannya berukir besar-besar dengan warna-warni mencolok berlanggam asli daerah
setempat. Corak ukiran dan warna tersebut bisa kita lihat pada hiasan atap
rumah maupun ujung perahu tradisional Jambi. Di bagian atas, atapnya
tumpang tiga khas bangunan masjid pribumi. Masjid yang lahir pada akhir abad
ke-19 ini didirikan oleh masyarakat lokal dengan dengan inspirasi asli daerah
setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar